Kasus tuduhan pemerasan oleh oknum anggota DPR RI terhadap
sejumlah BUMN terus memanas. Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan membeberkan dua
nama di hadapan Badan Kehormatan DPR.
"Yang saya serahkan adalah nama yang terkait tiga
peristiwa. Dari tiga peristiwa itu ternyata ada dua nama," kata Dahlan
usai memberikan keterangan kepada Badan Kehormatan di gedung DPR RI, Jakarta.
Dahlan pada awalnya tidak menyadari bahwa dari tiga
peristiwa itu hanya melibatkan dua nama anggota DPR. Setelah diteliti lagi,
ternyata salah satu peristiwa melibatkan satu nama yang sama.
"Yang satu peristiwa itu satu orang, yang dua peristiwa
lain namanya sama," kata mantan Direktur Utama PLN ini. "Mereka dari
komisi apa, partai apa, fraksi apa, saya serahkan ke BK untuk menelusuri dan
menyelesaikannya."
Siapa nama mereka, Dahlan masih merahasiakannya. Menurutnya,
dia sudah menyerahkan data-data itu ke Badan Kehormatan DPR. Bagi Dahlan, dia
lebih memilih memusatkan perhatian untuk bersih-bersih di lembaganya sendiri
daripada di lembaga lain.
Dia juga menolak menyebutkan inisial nama mereka. Dahlan
hanya menjelaskan modus pemerasannya. "BUMN sudah menolak, tapi diminta
terus. Sampai ditagih ketika yang bersangkutan (pejabat BUMN) di luar negeri,
masih menelepon menagih," dia menjelaskan.
Dahlan juga berkeberatan mengungkapkan BUMN mana dan pejabat
BUMN yang diperas itu. "Saya serahkan sepenuhnya kepada Badan Kehormatan
DPR untuk mengumumkan atau tidak mengumumkan, sesuai mekanisme yang berlaku.
Saya sudah serahkan nama oknum DPR itu, nama BUMN, nama orang-orang BUMN yang
dimintai uang, jumlah uang, dan peristiwanya. Semua sudah saya tulis untuk
Badan Kehormatan," katanya.
Namun, Dahlan menegaskan dua nama yang dia laporkan itu
tidak sama dengan daftar inisial nama anggota Dewan yang beredar beberapa hari
lalu. "Nama-nama itu tidak sama dengan yang sudah pernah beredar, itu
tidak ada kaitannya," katanya.
Dia juga menekankan langkah ini diambil sekadar untuk
memenuhi undangan Badan Kehormatan DPR, untuk memberi penjelasan terkait
polemik kasus ini. "Jadi bukan inisiatif saya untuk mengadu," dia
membela diri.
Dahlan menepis anggapan bahwa dia sengaja menciptakan
situasi yang tidak nyaman di luar lingkungan kerjanya. "Semangat saya
bukan untuk bersih-bersih rumah tangga orang lain, sebab yang utama tentu saya
ingin bersih-bersih di rumah tangga sendiri," katanya. "BUMN juga
saya tahu selama ini dikenal sebagai sarang korupsi."
Atas laporan Dahlan, Badan Kehormatan DPR berjanji akan
mengusutnya dan segera memanggil para legislator yang disebut namanya. Jika
terbukti memeras, Badan Kehormatan akan menindak tegas. "Sanksinya
pemberhentian sementara sampai pemecatan," kata Ketua Badan Kehormatan DPR
RI, M. Prakosa.
Hasil pemeriksaan Badan Kehormatan terhadap anggota Dewan
tersebut akan direkomendasikan kepada penegak hukum. "Domain Badan
Kehormatan itu pada pelanggaran kode etiknya. Domain hukumnya akan disampaikan
kepada penegak hukum," kata Prakosa.
Badan Kehormatan DPR juga berencana memanggil tiga direktur
BUMN yang dilaporkan Dahlan telah diperas anggota Dewan. "Kami akan minta
keterangan tiga direksi BUMN terkait termasuk bukti-bukti yang dipunyai mereka.
Setelah reses," tuturnya.
Menurut Prakosa, dari tiga BUMN yang dilaporkan itu, ada
yang sudah memiliki indikasi kuat. "Ada satu yang sudah bisa
ditindaklanjuti secara sungguh-sungguh," kata Prakosa.
Nama legislator
Siapa nama dua legislator yang terkena tuduhan gawat ini,
anggota Badan Kehormatan DPR Usman Djafar memberikan sedikit bocoran.
Dikonfirmasi wartawan, Usman membenarkan dua anggota Dewan yang dilaporkan
Menteri Dahlan adalah Idris Laena dan Sumaryoto "Iya, dua orang itu,"
kata Usman di Gedung DPR, Senin 5 November 2012.
Idris adalah anggota Komisi VI dari Fraksi Partai Golkar,
sementara Sumaryoto adalah anggota Fraksi PDIP yang saat ini duduk di Komisi XI
dan pernah duduk di Komisi V. Usman menjelaskan, Idris dilaporkan telah memeras
PT Garam dan PT PAL, sementara Sumaryoto PT Merpati.
Untuk meneliti kebenarannya, Badan Kehormatan akan memanggil
direktur utama ketiga perusahaan negara tersebut. "Kami akan panggil Dirut
BUMN dulu. Kalau betul, baru panggil anggota DPR," kata dia.
Usman menjelaskan, dalam laporannya itu Dahlan belum
menyertakan bukti. "Hanya informasi," kata dia.
Menurut Usman, dalam kasus dugaan pemerasan di perusahaan
garam dan PT PAL, belum ada transaksi yang terjadi. Di PT Merpati, kemungkinan
sudah ada transaksi. "Belum terjadi transaksi yang menghebohkan. Cuma
sudah ada niat dan upaya ke arah sana. Hanya Merpati yang kemungkinan ada.
Nanti Dirut Merpati lah yang menjelaskan," kata dia.
Dihubungi terpisah, Idris Laena mengatakan dia belum bisa
menjelaskan lebih jauh soal tuduhan yang dialamatkan kepadanya itu. "Saya
belum tahu. Nanti saya cek ke Pak Dahlan," kata Idris.
Adapun Sumaryoto belum dapat dimintai penjelasannya. Saat
dihubungi wartawan VIVAnews, nomor ponselnya tidak aktif.
2.000 ton gula
Kesaksian lain diungkapkan Direktur Utama PT Rajawali
Nusantara Indonesia (RNI) Ismed Hasan Putro. Mantan wartawan Jawa Pos ini
menyatakan bakal mengungkapkan modus-modus pemerasan sejumlah anggota DPR RI di
hadapan Badan Kehormatan DPR RI.
Namun, Ismed membantah anggapan dia lah yang menyebarkan SMS
berisi daftar nama anggota DPR yang kerap meminta upeti dari BUMN. "Yang
ngomong upeti itu wartawan. Saya hanya bercerita tentang modusnya dan itu yang
sudah dimuat di beberapa media. Saya tidak melaporkan nama. Tidak ada
nama," kata Ismed, menangkis, di Gedung DPR.
Ismed mengungkapkan selama ini modus permintaan upeti
terhadap BUMN yang dipimpinnya itu dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari
pengumpulan dana untuk Rapat Dengar Pendapat (RDP) hingga meminta langsung
jatah gula.
"Saya dimintai gula, diminta 2.000 ton. Saya tidak mau
kasih dan bilang tidak bisa. Kemudian diminta 200 ton. Saya bilang tidak bisa,
karena gratis," ujarnya.
Selama ini, Ismed menambahkan, oknum anggota DPR itu selalu
mengajukan permintaan itu per telepon kepada Sekretaris Perusahaan RNI.
"Langsung telepon dia, alasannya untuk kepentingan CSR," ujar Ismed.
Sama seperti Dahlan, meski mengaku pernah dimintai sejumlah
dana untuk RDP, Ismed tidak bersedia menyebutkan inisial nama legislator yang
dia maksud. "Saya cuma menyampaikan modusnya saja, saya tidak punya
nama," dia berkelit.
Sebelumnya, kesaksian lain diungkapkan mantan Wakil Ketua
Komisi Pemberantasan Korupsi Erry Riyana Hardjapamekas. Dia juga mengaku pernah
menerima pengaduan serupa dari sejumlah direktur BUMN. "Ada beberapa yang
meminta saran ke saya, tapi saya tak ingat siapa saja," kata Erry kepada
VIVAnews, Minggu 4 November 2012.
Menurut Erry, salah satu yang pernah mengadu adalah mantan
Direktur Utama PT Jamsostek, Hotbonar Sinaga. Dia meminta saran Erry saat
dimintai upeti senilai Rp2 miliar oleh seorang oknum anggota DPR. Ketika itu
Erry sudah tidak lagi di KPK. "Memang, Pak Hotbonar pernah meminta saran
bagaimana sebaiknya. Saya jawab jangan dipenuhi. Langsung tolak saja,"
Erry menegaskan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar